Ancam penggal kepala
IDGS, Kamis, 4 April 2019 - Selama beberapa tahun terakhir ini, pengembang software dan video game asal Jepang, Square Enix telah menciptakan beberapa karakter antagonis ternama dalam sejarah video game, mulai dari Dragonlord dari Dragon Quest hingga Sephiroth dari Final Fantasy VII.
Dalam gamenya masing-masing, para villain ini dihentikan oleh tokoh-tokoh utama yang heroik bersama kawan-kawan mereka. Namun begitu berhadapan dengan villain di dunia nyata, Square Enix nampaknya tak sehebat para pahlawan yang mereka ciptakan di dalam game, seperti Cloud Strife misalnya.
Pada 5 Februari 2019, perusahaan yang berbasis di Tokyo itu menerima ancaman lewat sebuah e-mail yang ditujukan kepada salah satu video game yang dipublikasikan oleh Square Enix:
"Karyawan-karyawan Square Enix! Besok aku akan membunuh kalian. cuci bersih leher kalian dan tunggulah!"
Kalimat terakhir dari ancaman itu mungkin terdengar agak aneh, namun itu adalah ancaman pembunuhan klasik khas Jepang dan China. Kembali ke zaman feudal di mana para samurai masih berjaya, mereka biasanya memenggal kepala targetnya untuk dipersembahkan kepada tuan mereka sebagai bukti konstribusi di medan perang. Dan biasanya leher dari target dibersihkan agar pantas ditunjukkan ke tuan para samurai.
Jadi sederhananya, "cuci bersih lehermu" merupakan variasi dari "Aku akan membunuhmu." Kalimat itu terdengar keren bila diucapkan oleh karakter utama dari suatu video game kepada para boss di dalam game itu, namun hal itu tentunya tidak lucu bila dipraktikkan di dunia nyata.
Setelah menerima ancaman pembunuhan itu, Square Enix langsung memperketat keamanan kantor mereka dan menghubungi Kantor Polisi Metropolitan Tokyo di Shinjuku (yang merupakan lokasi di mana markas Square Enix berada).
Polisi langsung bergerak cepat menangani laporan perusahaan sebesar Square Enix dan mereka kemudian menangkap seorang pria berusia 25 tahun yang tinggai di Kota Yoshinogawa di Prefektur Tokushima, jauh dari Tokyo.
Murka karena gacha
Pria yang bekerja di industri pengasuhan itu ditahan pada 29 Maret dan telah mengaku bahwa dirinya lah yang mengirim e-mail ancaman pembunuhan itu. Jadi apa masalahnya dengan Square Enix? Ternyata karena mekanisme gacha yang populer ditemui dalam mobile game.
Fitur gacha yang kerap dijumpai dalam mobile game. (Gambar: Japanesestation.com)
"Aku menghabiskan lebih dari 200 ribu yen (Lebih dari Rp 25 juta) untuk [gacha] sebuah game tapi tidak mendapatkan item yang aku inginkan," ungkap pria itu kepada penyelidik kepolisian. "Jadi aku mengirim e-mail [ancaman pembunuhan] itu sebagai balas dendam."
Tidak jelas apakah pria itu serius melakukan ancamannya, namun melihat bagaimana ia tidak muncul di kantor Square Enix sehari setelah mengirim e-mail ancaman itu, sepertinya balas dendamnya hanya sebatas menakut-nakuti para karyawan Square Enix. Sayangnya hal itu sudah cukup untuk membuatnya berhadapan dengan hukum. Kini ia harus menghadapi tuduhan intimidasi kriminal dan menghalangi suatu operasi bisnis secara paksa.
Tidak disebutkan judul mobile game yang dimainkan pria itu. Mungkin karena Square Enix tak ingin pemasaran game itu anjlok begitu berita ini tersebar. "Drop rate gacha game itu sangat rendah hingga ada orang yang ingin membunuh kami...," mungkin begitu isi dalam benak divisi marketing Square Enix.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga pernah sangat kesal kepada gacha dari suatu game?
(Stefanus/IDGS)
Sumber: SoraNews24